Pelajar Indonesia di kurun waktu 1998-2010-an pasti pernah
mengenal atau setidaknya pernah menggunakan kapur tulis dengan merek
"Kapur Tulis Sarjana". Mungkin mereka yang sekolahnya diperkotaan
tidak mengenalnya karena telah menggunakan spidol, tapi mustahil sekali jika
demikian. Karena di negara kaya sumber daya alam ini (baca: Indonesia),
penggunaan spidol sangat sedikit sekali jumlahnya. Yah, dikit banget. Dan
kebanyakan pake kapur tulis untuk nulis di papan hitam atau papan hijau.
Okelah, panjang urusannya jika membahas kapan penggunaan
spidol dan white board karena banyak banget referensinya dan itu udah
terwakili. Oke, ini mah cuma sekedar nostalgiaan saya dengan kapur tulis yang
satu ini. Nih penampakannya:
Tentu ingat bukan? bagi yang sekarang udah moderen dikelasnya
(udah pake spidol) mungkin akan ingat masa kecil atau beberapa taun kebelakang
akan memori masa sekolah dengan benda yang satu ini khusunya kapur tulis
Sarjana dengan catatan dia pernah menggunakan. Saya yakin banget seengganya
anak yg mulai sekolah ditaun 1998-2010an pasti pernah meraskan nulis pake kapur
ini di bor, di kursi temen atau nulis cinta ditembok. (nb: saya mulai TK sekolah taun 1998).
Jujur, saya sempet ingin nangis pas liat kapur ini ada diatas
mesin jahit nenek saya. Kenapa demikian? Kenapa Adera Teguh (Baca: Calon
Motivator Terkenal, (doakan: Aamiin)) ingin nangis liat benda ini?
Jawabannya adalah kenangan. Yaps, sejak saya sekolah di SMK
saya gak pernah lagi menggukan benda ini untuk nulis. Karena sekolah sudah
menggantinya dengan spidol. Maklumlah, sekolah milik pemerintah provinsi dan
kala itu terdaftar sebagai sekolah RSBI. Di kuliahan pun sama, walaupun saya
kuliah di universitas swasta, disini pun gak pake kapur tulis. Hiks hiks hiks.
Padahal sekelas MIT, Yale, dan University of Tokyo masih mempertahankan kapur
tulis karena menggunakan kapur tulis lebih baik dalam penyerapan ke otak
dibandingkan dengan menggunakan spidol.
Waktu sekolah dulu, kapur ini dominan digunakan di sekolah.
Sejak TK sampe SMP kapur yang sering digunakan adalah kapur sarjana. Jadi kapur
tulis ini amazing banget. yahhh, keren deh, kayaknya dari Sabang sampai Merauke
pake kapur sarjana. Pernah denger perang kapur? Atau jahil dengan kapur dan
penghapusnya? Pokonya keributan itu gak lengkap tanpa kapur dan penghapus
(titik).
Inspirasi dari Kapur Sarjana
Selain untuk perang dikelas, kapur sarjana ini memberi
inspirasi bagi saya. Waktu TK guru saya selalu mengatakan gantungkan
cita-citamu setinggi langit. Terus nyanyi dan mengajar. Nah saya inget banget
waktu itu beliau bilang didepan kelas kurang lebih seperti ini:
"Jangan takut maju kedepan untuk menjawab dipapan tulis,
adik-adik, jangan takut salah. Kalian liat ini? Ini kapur merek Sarjana.
Adik-adik harus tau bahwa sarjana itu orang pintar, berani dan dihormati. Jadi
tidak boleh takut maju kedepan kalau mau jadi sarjana. Ayo angkat tangan siapa
yang mau jadi sarjana?
Sejak saat itulah kapur ini menginspirasi. Saya tak ragu maju
kedepan. Sampai-sampai ini merangsang saya untuk giat belajar menghapal buku
pelajaran agar bisa menjawab dipapan tulis. Dan akhirnya berhasil, sampai dapat
prestasi dikelas walaupun sedikit bandel, he. Itu semua karena sewaktu kecil
saya ingin sekali jadi sarjana. Harapan orang tua pun agar bisa jadi sarjana.
Baca buku disekolah bahwa menjadi sarjana itu keren banget. Apalagi pas baca
buku sains. Karena di Ensiklopedia disebutkan penemu itu kebanyakan sarjana,
bukan master atau doktor. Terus sempet berpikir suatu hari nanti saya bisa
menemukan sesuatu dan jadi sarjana seperti para ilmuan.
Alhamdulillah sekarang sejak 2013 saya terdaftar sebagai mahsiswa dan Insya-Allah lulus sarjana. Keilmuan yang dipelajari adalah biologi terapan yakni pertanian dengan program studi agroteknologi jurusan ilmu hama dan penyakit tumbuhan.
Itu cerita saya dengan kapur tulis sarjana. Kamu?
Itu cerita saya dengan kapur tulis sarjana. Kamu?
Sumber: Kehidupan Pribadi
No comments:
Post a Comment