Minum kopi
merupakan kegemaran bagi banyak orang, terutama di kota-kota besar seperti Bandung,
terlebih kini banyak coffeeshop yang tidak hanya menawarkan sensasi minum kopi
yang nikmat, namun juga menyediakan tempat yang cocok untuk meeting, diskusi,
dan rapat. Bahkan di kamar kos, secangkir kopi mampu menghangatkan suasan
belajar dan saat mengerjakan tugas kuliah.
Menurut
catatan Wikipedia,
kopi pertama kali masuk ke Indonesia pada era Tanam Paksa atau Cultuurstelsel (1830—1870) masa
penjajahan Belanda di Indonesia. Saat itu Belanda membuat perkebunan komersial
pada koloninya di pulau Jawa, Sumatera dan beberapa wilayah Indonesia Bagian
Timur, dan hingga sampai sekarang perkebunan-perkebunan tersebut masih ada.
Bagi saya, kopi sudah menjadi bagian dari kehidupan
yang sulit untuk dipisahkan. Ini bukan tanpa alasan atau lebay. Kecintaan akan kopi bermula sejak kecil, kurang lebih di
usia 3 tahunan. Awalnya suka meminta sedikit kopi hitam dari
gelas Ayah atau Ibu. Karena saya menyukai dan terus meminta ketika mereka menyeduhnya, akhirnya kedua orang tua saya ini membelikan kopi cair. Kopi cair ini adalah kopi instan dimana hanya membutuhkan 1-2 sendok teh untuk satu gelas. Alasan mereka memberikan ini karena usia saya yang masih kecil dan terlalu berbahaya jika keseringan minum kopi hitam.
gelas Ayah atau Ibu. Karena saya menyukai dan terus meminta ketika mereka menyeduhnya, akhirnya kedua orang tua saya ini membelikan kopi cair. Kopi cair ini adalah kopi instan dimana hanya membutuhkan 1-2 sendok teh untuk satu gelas. Alasan mereka memberikan ini karena usia saya yang masih kecil dan terlalu berbahaya jika keseringan minum kopi hitam.
Berawal dari itulah, maka efeknya sampai sekarang. Bahkan
saya sudah bisa dikatakan kecanduan dengan minuman yang satu ini. Rasanya hidup
ini hambar jika tidak meminum kopi. Apalagi jika momennya dibilang pas,
ditambah kopi maka akan menjadi momen sempurna. Hhe.
Ada satu hal yang unik dari kecintaan saya kepada kopi
ini. Saya pernah membawa kopi kecintaan saya yaitu kopi hitam ke dalam kelas saat
masih bersekolah dulu, dan saya meminumnya saat guru menerangkan pelajaran. Dalam
aturan sekolah saya dulu, siswa dilarang minum atau makan didalam kelas,
kecuali guru-guru tertentu yang membolehkan itupun hanya air putih dan permen. Ada
sih teguran, tapi hal itu sulit di taati. Tanpa efek jera, kebiasaan itupun
terus berlanjut sampai diikuti oleh teman-teman yang lain. Selain itu, saat
sakitpun mengkonsumsi kopi adalah keharusan. Bahkan pacar saya dulu pernah
melarang minum kopi saat sakit dan mengurangi konsumsi kopi, tapi itu tidak
dihiraukan bahkan sempat saya akan memutuskannya.
Kopi hitam itu menurut saya adalah filosofi hidup.
Hitam kopi dan rasa pahitnya adalah simbol dari ujian hidup, kesedihan,
kepedihan, kerja keras, perjuangan, ideologi, keteguhan, dan sebagainya. Manisnya
gula adalah simbol dari doa, senyum, manisnya hidup, keindahan, dan sebagainya.
Dan apabila dicampurkan akan menimbulkan kenikmatan, seperti halnya hidup ini
antara perjuangan dan doa yang terus dilakukan akan mendapatkan hasil yang
optimal.
Di universitas pun semakin menjadi. Tiap kuliah pasti
uang jajan sebagian besar habis untuk kopi. Membawa kopi ke dalam kelas pun
saya tularkan kembali kepada rekan-rekan di kelas. Sama seperti waktu sekolah,
dosen pun tak kuasa melarangnya. Setelah kuliah beres, nongkrong pasti di
warung kopi, atau di lantai depan fakultas sambil minum kopi. Apalagi saat
mengerjakan tugas, tanpa kopi sepertinya tugas tidak akan beres.
Kopi pun bisa dijadikan media pembuka untuk berkomunikasi atau peningkat keakraban dengan sesama,
kawan. Gak percaya? Cobalah kita nongkrong, kemudian membawa kopi, ketika ada
temen lewat atau temennya temen kita, lewat kopi bisa menjadi alat pembuka
percakapan selain rokok. Setelah terbuka, Insyaallah, komunikasi tidak akan
kaku dan mendekatkan keakraban.
Itu cerita saya tentang kopi. Bagaimana dengan Anda ?
Itu cerita saya tentang kopi. Bagaimana dengan Anda ?